Skripsi Strategi Komunikasi Dalam Mensosialisasikan Budaya Perusahaan Di Kalangan Karyawan (Di Hotel X Kota X)

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah
Bisnis perhotelan di X memiliki keunikan tersendiri. Pada saat pelaku bisnis serupa dikota-kota lain Indonesia mengeluh karena tingkat hunian turun, X justru sebaliknya. Pada tahun XXXX, tingkat hunian atau okupansi hotel berbintang di X rata-rata bisa mencapai 75 % bahkan lebih. Bahkan pada saat peak season (musim ramai tamu) selalu fully booked (http://www.suaramerdeka.com/harian/0407/08/eko6. htm). Tidak mengherankan jika kemudian banyak investor melirik X sebagai lokasi potensial untuk mendirikan hotel. Kehadiran pemain baru hotel berbintang membuat suatu persaingan dalam dunia perhotelan dan pemain lama tidak tinggal diam. Berbagai persiapan sudah dilakukan paling tidak berusaha mempertahankan pasarnya. Meskipun pangsa pasar pada kenyataannya masih luas, jika tidak diperhatikan bukan tidak mungkin konsumen akan memilih hotel lain yang menawarkan pelayanan lebih baik.
Hotel X sebagai salah satu hotel berbintang 5 (lima) di kota X dan memasuki tahun yang ke-10 di tahun XXXX yang lalu tetap berupaya meningkatkan kualitas layanan melalui penentuan strategi pengelolaan untuk dapat mempengaruhi dan membuktikan kepada tamu tentang keistimewaan produk atau layanan yang dihasilkan oleh hotelnya sehingga mampu tetap unggul dalam persaingan.
Pengelolaan usaha hotel tidak akan terlepas dari pelaksanaan strategi, yaitu suatu pendekatan untuk menggunakan segala sumber daya yang tersedia didalam kendala iklim kompetitif untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan oleh hotel (Sulastiyono, 2002:15). Strategi pengelolaan usaha hotel dapat dilakukan melalui strategi manajemen yang hanya membatasi sampai pada pengertian yang analog dengan manajemen operasional, yaitu sebagai pendekatan menyeluruh pengelolaan semua aspek usaha hotel (fasilitas-fasilitas, kebijakan, karakteristik produk dan sumber daya manusia).
A.B Susanto, Managing Partner The Jakarta Consulting Group dan Wagiono Ismangil, Senior Consultant The Jakarta Consulting Group dalam http://www.glorianet.org/absusanto/absucorp.html menyatakan bahwa Sumber Daya Manusia dalam sebuah organisasi dapat diandaikan sekumpulan tombak Sumber Daya Manusia yang kompeten arahnya tidak teratur. Tugas budaya perusahaan adalah mengikat mereka dalam satu arah, sehingga mempunyai daya ‘ dobrak ‘ yang tinggi dalam persaingan.
Bob Widyahartono, Pengamat Ekonomi dan Dosen FE Usakti melalui artikelnya tentang Filosofi Melandasi Budaya Perusahaan yang Operasional dalam http://www.ama-sby.com/71-artikel_filosofi.htm menyatakan bahwa setiap organisasi terdiri atas berbagai ragam manusia dengan sifat dan perilaku masing masing. Sekalipun demikian setiap organisasi memiliki kesadaran diri atau tata nilai yang mendasari gerak operasinya. Dengan adanya kesadaran itu maka suatu filosofi dapat merupakan sarana yang paling berguna untuk mempersatukan kegiatan para karyawan melalui suatu pengertian bersama akan sasaran dan tata nilai (goals and values).
Lebih lanjut Bob Widyahartono (http://www.ama-sby.com/71-artikel_filosofi.htm) memberikan pendapatnya bahwa peranan manajemen puncak yang mengalir melalui menengah adalah membekali segenap karyawan secara kontinu nilai nilai konseptual yang "menjelaskan tujuan hidup (purpose of life). Manajemen puncak tidak hanya membekali nilai nilai tersebut, tapi juga dasar pendapat nilai (value premise for decision making) dan bukannya dasar pendapat factual.
Agar dapat mempertahankan posisinya sebagai hotel berbintang lima di X dan memenangkan strategi bisnis di tahun XXXX, pada bulan Oktober tahun XXXX, Manajemen Hotel X menelaah kembali tujuan perusahaan yang diawali dengan suatu rangkaian tata nilai dan keyakinan mendasar yang secara internal terpadu dan terkait dengan lingkungan eksternal. Dengan pola berpikir yang filosofis itu, manajemen Hotel X menetapkan Misi dan Visi Perusahaan yaitu : Misi Perusahaan, We Care More For Our Customer, Staff, Shareholder/owner, Community dan Visi Perusahaan, Being Market Leader and Trend Setter. Hal tersebut bertujuan untuk membangun budaya perusahaan yang kredibel dan operasional melalui lima komponen Corporate Culture yaitu INTEGRITY, PROFESSIONAL, TEAM WORK, INNOVATIVE, HELPFUL & FRIENDLY .
Melalui penetapan Corporate Culture, Hotel X semakin menyadari pentingnya peran budaya perusahaan bagi perusahaan. Lebih lanjut AB Susanto menyatakan bahwa dahulu budaya perusahaan hanya dipandang sebagai salah satu alasan kenapa perusahaan mencapai sukses. Tetapi pandangan tentang budaya perusahaan sekarang menjadi salah satu tema sentral dalam pengembangan perusahaan. Budaya perusahaan bukan hanya dipandang sebagai warisan masa lalu belaka, tetapi juga harus direkayasa dan ditempatkan sebagai strategic tools untuk mencapai tujuan perusahaan dan sebagai andalan daya saing. Hampir semua aspek pengembangan perusahaan selalu terkait dengan budaya perusahaan (http://www.glorianet.org/absusanto/absucorp.html).
Budaya melakukan sejumlah fungsi untuk mengatasi permasalahan anggota organisasi untuk beradaptasi dengan lingkungan eksternalnya yaitu dengan memperkuat pemahaman anggota organisasi, kemampuan untuk merealisir, terhadap misi dan strategi, tujuan, cara, ukuran dan evaluasi. Budaya juga berfungsi untuk mengatasi permasalahan integrasi internal dengan meningkatkan pemahaman dan kemampuan anggota organisasi untuk berbahasa, berkomunikasi, kesepakatan atau consensus internal, kekuasaan dan aturannya, hubungan anggota organisasi (karyawan), serta imbalan dan sangsi (Schein, 1991 : 52-66)
Charles Hampden dan Turner dalam bukunya Corporate Culture (Yudipiatkus Ltd. London, 1994), menampilkan beberapa karakteristik dalam budaya organisasi (http://www.csps-ugm.or.id/artikel/polbibit.htm) : • Individu membentuk budaya organisasi, dimana seseorang dapat melaksanakan gagasan-gagasan , perasaan dan informasi yang konsisten dengan keyakinannya.
• Budaya organisasi dapat menjalin keunggulan yang didapatkan (rewarding excellence), dimana budaya organisasi dapat mewujudkan kebutuhan dan organisasi anggota-anggotanya.
• Budaya organisasi merupakan kerangka peneasan (a set of affirmations), tidak ada organisasi yang mulai dari ketiadaan , anggota organisasi memerlukan diilhami dengan keyakinan dan penegasan tentang sesuatu.
• Penegasan budaya organisasi cenderung mengisi dirinya sendiri sebelum mewujudkan nilai-nilai dasar penyehatan kepada pelanggan.
• Budaya organisasi harus dapat dipahami dan merupakan kesamaan titik pandang dari segenap organisasi
• Budaya organisasi menyiapkan anggotanya dengan kontinuitas
• Budaya organisasi merupakan reciprocal value
• Budaya organisasi merupakan sebuah cybernetic system, dimana budaya organisasi secara tidak langsung dapat mengarahkan dirinya sendiri dan secara gigih mempertahankan arah yang dimilikinya walaupun banyak kendala dan gangguan
• Budaya adalah pola yang tidak memiliki sesuatu atau obyek khusus, tetapi melintasi seluruh waktu dan seluruh organisasi
• Budaya adalah sesuatu tentang komunikasi, yang dapat dijadikan alat untuk tukar menukar informasi dan pengalaman
• Budaya merupakan keterpaduan nilai-nilai yang dimili anggotanya dan lingkungan organisasi
• Hanya budaya dapat belajar dan organisasi harus belajar terhadap setiap perkembangan yang dihadapi organisasi.
Bob Widyahartono (http://www.ama-sby.com/71artikel_filosofi.htm) memberikan pengertian bahwa budaya organisasi merupakan suatu pola dan asumsi asumsi dasar yang ditemukan, digali dan dikembangkan oleh suatu kelompok tertentu. Maksudnya adalah agar organisasi belajar dan terus melakukan pembelajaran menanggulangi masalah masalah akibat adaptasi dengan luar dan integarsi internal.
Dengan pemahaman tersebut, lebih lanjut Bob Widyahartono (http://www.ama-sby.com/71-artikel_filosofi.htm) menambahkan bahwa budaya organisasi mempunyai peranan sebagai sarana untuk menentukan arah organisasi, mengarahkan apa yang patut dan tidak patut dikerjakan , bagaimana mengalokasi sumber daya organisasional . Hal tersebut tercermin dalam nilai nilai fundamental organisasi seperti : 1. kepekaan terhadap kebutuhan pelanggan dan tenaga kerjanya , 2. kebebasan karyawan untuk memberikan ide-ide baru dengan mendasari dengan jawaban atas "mengapa"nya ide baru itu, 3. keberanian untuk menerima risiko yang mungkin saja terjadi, dan 4. keterbukaan untuk melakukan interaksi komunikasi dialogis secarabebas dan bertanggung jawab.
Dengan adanya perbedaan nilai nilai fundamental tersebut dapat mempengaruhi perbedaan kompetensi antara perusahaan yang satu dengan yang lainnya. Selain itu budaya organisasi dapat memberikan kesadaran beridentitas para anggota untuk menyerap visi, misi dan menjadi bagian integral dari organisasi.
Hotel X melalui penetapan Misi Perusahaan : We Care More For Our Customer, Staff, Shareholder/owner, Community dan Visi Perusahaan : Being Market Leader and Trend Setter memiliki nilai-nilai budaya yang dapat menunjang misi dan visi tersebut. Oleh karena itu perlu dilakukan upaya sosialisasi yang baik.
Susanto (1997 : 13-14) menyatakan bahwa keberhasilan proses sosialisasi (usaha organisasi membantu menyesuaikan dengan budaya yang ada), tergantung pada dua hal utama, yaitu : (1) Derajat keberhasilan mendapatkan kesesuaian dari nilai-nilai yang dimiliki oleh karyawan baru terhadap organisasi., (2) Metode sosialisasi yang dipilih oleh manajemen puncak didalam implementasinya.
Lebih lanjut Susanto (1997 : 14) menambahkan bahwa organisasi yang dibantu oleh manajemen puncak harus mampu melakukan sosialisasi terhadap sumber daya manusia agar hasil dari proses sosialisasi tersebut akan mempunyai dampak terhadap produktivitas, komitmen dan perputaran (turn over) dari sumber daya manusia yang ada, sehingga pada akhirnya setelah proses implementasi butir-budaya tersebut dapat dijalankan dengan baik, Budaya Perusahaan tersebut akan mendukung dan mendorong sumber daya manusia untuk mencapai sasaran yang diinginkan oleh organisasi.
Perusahaan yang memiliki budaya yang tertanam kuat akan memiliki karyawan bermotivasi dan berkomitmen tinggi, antara lain : rela berkorban demi kemajuan perusahaan, bersedia memberikan perhatian yang besar pada perkembangan perusahaan dan memiliki tekad yang kuat untuk menjaga eksistensi perusahaan (http://www.angelfire.com/id/akademika/rkstylemcs97.html) .Oleh karena itu strategi komunikasi yang dilaksanakan oleh manajemen Hotel X didalam penerapan dan sosialisasi budaya perusahaan harus disesuaikan dengan kekuatan internal dan eksternal perusahaan.

1.2 Perumusan Masalah
Menyusul adanya rencana sejumlah pendirian hotel baru di ibu kota Jateng, hal tersebut menyebabkan semakin meningkatnya persaingan dalam bisnis perhotelan. Untuk bisa memenangi kompetisi bisnis ini diperlukan terobosan dan strategi yang berbeda agar bisa menarik tamu . Pengaruh yang dirasakan oleh Hotel X terutama pada pengorganisasian rencana atau strategi perusahaan untuk menghadapi perubahaan tersebut, diantaranya menetapkan budaya perusahaan sebagai prioritas dan modal utama perusahaan.
Budaya perusahaan berpengaruh terhadap kelangsungan perusahaan. Budaya yang kuat dan sesuai dengan visi dan misi perusahaan mendorong pada peningkatan objective perusahaan. Budaya perusahaan sebagai dasar bagi berbagai hal dan berperan sebagai pedoman dalam bersikap, berperilaku mulai dari manajemen sampai karyawan ditingkat rendah dengan tujuan peningkatan produktivitas karyawan.
Sebuah organisasi yang berlandaskan filosofi yang mantap, budaya organisasi memiliki sejumlah peran strategis, yaitu menjadi “perekat” antar para yang terkait (stake holders) yang memiliki tujuan dan kepentingan kepentingan yang berbeda-beda. Sebagai sarana, ia membentuk “sense of belonging” (rasa ikut memiliki) dan “kebanggaan sebagai bagian dari organisasi” para pelaku organisasi. Sejalan dengan ekspektasi para yang terkait (stakeholders), budaya organisasi menggerakkan para karyawan untuk senantiasa segar dengan ide-ide barunya demi kepuasan pelanggan. Dengan menjiwai budaya para karyawan senantiasa membangun kemampuan menanamkan iklim organisasi yang harmonis dengan komunikasi yang senantiasa mencari perbaikan bersama.
Didalam sosialisasi terjadi proses komunikasi yang dapat menghasilkan hambatan atau permasalahan sehingga membutuhkan perhatian secara lebih agar menghasilkan kinerja yang optimal. Proses sosialisasi sebagai bentuk strategi komunikasi berkaitan erat dengan konsep care management yang mengutamakan kepedulian perusahaan, termasuk dari manajemen level atas, terhadap berbagai hal, permasalahan maupun kesejahteraan dari anggotanya dengan tetap berpedoman pada budaya perusahaan yang sudah ditetapkan.
Dipilihnya Hotel X disebabkan perusahaan tersebut sebagai pemain lama dalam bisnis perhotelan di kota X berusaha melakukan perubahan yang diperlukan untuk memposisikan diri agar lebih baik dalam menyikapi dan menjawab tantangan-tantangan bisnis baru, lingkungan usaha yang berubah secara cepat maupun keinginan-keinginan baru yang muncul dari dalam perusahaan. Perubahan dilakukan secara menyeluruh dan berkesinambungan terhadap pola pikir, pola pandang dan pola tindak perusahaan, strategi bisnis, budaya perusahaan maupun perilaku dan kemampuan organisasi.
Permasalahan terkait dengan cara mengkomunikasikan budaya perusahaan menarik untuk diteliti, dilihat dari segi nilai budaya yang berlangsung dalam perusahaan, pihak-pihak yang terkait dalam perusahaan dan proses sosialisasi yang terjadi didalamnya. Kiranya cukup relevan apabila penelitian ini ingin pula mengungkap permasalahan tentang bagaimanakah strategi komunikasi yang diterapkan dalam usaha mensosialisasikan budaya perusahaan dikalangan karyawan dan mengapa strategi tersebut digunakan.

1.3 Tujuan Penelitian
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui strategi komunikasi yang digunakan dalam mensosialisasikan budaya perusahaan dikalangan karyawan serta alur proses sosialisasi budaya perusahaan di Hotel X, selanjutnya diharapkan budaya perusahaaan dalam implementasinya berfungsi sebagai alat ukur dari kegiatan organisasi dan setiap anggota organisasi dalam hal ini karyawan dapat memberikan kontribusi terhadap keberadaan budaya perusahaan yang ada dengan memahami budaya perusahaan yang telah dibakukan dalam beberapa karakteristik didalamnya sebagai wujud nyata perusahaan yang dapat dirasakan keberadaanya oleh seluruh karyawan sehingga pada penerapannya akan mendukung pencapaian visi dan misi perusahaan.


EmoticonEmoticon