PROPOSAL SKRIPSI PRODI TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS BENGKULU

HALAMAN PENGESAHAN

PROPOSAL SKRIPSI PRODI TEKNIK ELEKTRO UNIVERSITAS BENGKULU

1.

Judul :

Model Pengeringan Ikan Efek Rumah Kaca Dengan Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan

2.

Mahasiswa

2.1

Data Pribadi

a.

Nama Lengkap

:

b.

Jenis Kelamin

:

c.

NPM

:

d.

Bidang konsentrasi

:

e.

Pembimbing Akademik

:

f.

IPK tanpa skripsi

:

g.

Bidang Ilmu

:

h.

Alamat Kantor

:

i.

Telepon/Faks/E-mail

:

j.

Alamat Rumah

:

k.

Telepon/Faks/E-mail

:

2.2

Pembimbing Utama

a.

Nama Lengkap

:

3

sks

b.

NIP

:

2

sks

c.

:

2

sks

d.

:

sks

2.3

Pembimbing pembantu

a.

Nama Lengkap

:

Pemodelan Pengeringan Lapis Tipis untuk Produk Pertanian

b.

NIP

:

Perpindahan Massa, Momentum dan Energi Secara Simultan pada

Sistem Pengering

c.

:

d.

:

3.

Lokasi Penelitian

:

Bengkulu

4.

Jangka Waktu Penelitian

:

6 bulan mulai dari sampai

5.

Pembiayaan

:

Biaya diajukan ke Dikti

Biaya dari Instansi Lain

- Biaya Tahun ke-1

Rp. 50.000.000,-

Rp. 0

- Biaya Tahun ke-2

Rp. 50.000.000,-

Rp. 0

Rp. 100.000.000,-

Rp. 0

Mengetahui,

Bengkulu, 12 Mei 2008

Pembimbing kedua

Pembimbing Utama

Mahasiswa,

Dr. Ir. Muhamad Syaiful, MS

Dr. Ir. Muhamad Syaiful, MS

NIP. 131688810

NPM

Menyetujui,

Ketua Prodi Teknik Elektro

Universitas Bengkulu

Novalio Daratha

NIP. 132303387

TEKNIK ELEKTRO

USULAN SKRIPSI


MODEL PENGERINGAN IKAN EFEK RUMAH KACA DENGAN PEMANFAATAN SUMBER ENERGI TERBARUKAN

Dibuat sebagai prasyarat untuk mendapatkan

gelar Sarjana Teknik di bidang Teknik Elektro

Oleh:

Nama Mahasiswa

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS BENGKULU

MEI 2009

I. IDENTITAS SKRIPSI

1. Judul Penelitian : Model Pengeringan Ikan Efek Rumah Kaca

Dengan Pemanfaatan Sumber Energi Terbarukan

2. Ketua Peneliti :

a) Nama Lengkap : Dr. Ir. Muhamad Syaiful, MS

b) NPM : Teknik Kimia

c) Pembimbing Akademik : Dosen

d) Jabatan Fungsional : Lektor Kepala

e) Unit Kerja : Fakultas Teknik Universitas Bengkulu

f) Alamat Surat : Jl. WR. Supratman Kandang Limun Bengkulu

38371 A

g) Nomor Telepon/HP : 0736-344087 / 081311118695

h) Email : Syaiful-pavm@yahoo.com

3. Pembimbing Skripsi :

No.

Nama dan Gelar Akademik

NIP

Alokasi Waktu (jam/minggu)

1

15

2

10

3

10

4. Obyek Penelitian :

Subyek Penelitian

Aspek Penelitian

a. Alat Pengeringan Hasil Rancangan

b. Energi Surya, Biomasa dan Angin

c. Ikan

Aspek penelitian yang dilakukan adalah rancangan alat pengering efek rumah kaca menggunakan sumber energi terbarukan, yitu surya, biomasa dan angin. Selama proses pengeringan berlangsung, parameter pengeringan yang berpengaruh diamati guna mendapatkan produk ikan kering yang berkualitas prima. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menentukan parameter pengeringan dengan tingkat akurasi yang lebih tinggi sehingga dapat dibuat rancang bangun alat penegring skala komersial.

5. Masa Pelaksanaan Penelitian :

Mulai : Januari Tahun 2009

Berakhir : April 2010

6. Lokasi Penelitian :

8. Hasil yang ditargetkan :

Pelaksanaan kegiatan

Kegiatan

Hasil Yang Ditargetkan

9. Instansi Lain Yang Terlibat : -----

10. Keterangan Lain Yang Dianggap Perlu


ABSTRAK

Pengeringan bahan pangan umumnya bertujuan untuk mengawetkan bahan yang mudah rusak sehingga mutu dapat dipertahankan selama penyimpanan. Tujuan lainnya adalah mengurangi biaya dan memudahkan pengemasan, penanganan, penyimpanan dan transportasi dengan berkurangnya berat dan volume bahan serta untuk memperoleh cita rasa yang khas. Proses pengeringan terjadi melalui penguapan air, cara ini dilakukan dengan menurunkan kelembaban nisbi udara dengan mengalirkan udara panas disekeliling bahan, sehingga kecepatan uap air bahan lebih besar dari pada tekanan uap air di udara.

Guna meningkatkan performansi alat pengering yang lebih baik, diupayakan rancangan alat pengering yang optimal dengan menggunakan sumber energi terbarukan.. Pada setiap rak pengering dipergunakan 2 buah kipas yang berfungsi sebagai pengaduk. Kipas-kipas ini diletakan pada bagian depan dan belakang diatas rak pengering dan digerakan oleh tenaga angin melalui suatu poros yang dihubungkan pada savornius. Dengan cara ini diharapkan sirkulasi udara pengering akan lebih merata dan seluruh udara pengering dapat dimanfaatkan untuk proses pengeringan, sehingga akan lebih meningkatkan efisiensi pengering.

Sedangkan untuk mendapatkan suhu udara pengering yang lebih tinggi, lantai bangunan dibuat dari plat hitam agar penyerapan iradiasi surya dapat lebih banyak disamping itu juga diberikan tambahan energi panas dari tungku biomassa yang energi panasnya dialirkan melalui lantai bangunan penegring yang dilengkapi dengan kipas isap udara yang digerakkan oleh savornius. Udara yang mengandung uap air dari bahan yang dikeringkan dikeluarkan melalui lubang pengeluaran pada bagian atas bangunan penering.

Untuk mengatasi hawa panas yang ada dalam ruang pengeringan pada saat orang mengeluarkan produk (rak), maka pada setiap sisi kiri dan kanan sepanjang bangunan dibuat jendela-jendela sehingga setiap rak dapat dikeluarkan atau dimasukkan melalui jendela ini. Jendela ini dibuat sedemikian rupa agar tidak ada udara panas yang hilang.

BAB I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Industri pengolahan ikan kering dapat ditinjau sebagai suatu sistem produksi, yang mengubah masukan-masukan menjadi suatu produk yang dapat dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Masukan-masukan kedalam sistem produksi ini adalah bahan baku (ikan), tenaga kerja, modal, energi dan informasi.

Mengingat sifat komoditas ikan adalah tidak terlalu kuat, sehingga tidak memungkinkan untuk menumpuk bahan baku muda terjadinya pembusukan (perishable), sering bersifat musiman, maka konsistensinya secara tidak terbatas. Oleh karena itu, begitu ikan ditangkap memerlukan teknik penanganan (handling) dan pengolahan (processing) yang baik. Teknologi penanganan dan pengolahan ikan harus dimulai sejak penangkapan ikan hingga pemasaran kepada konsumen. Hal ini sangat penting untuk meningkatkan daya saing produk ikan dan juga akan meningkatkan nilai tambah.

Pengeringan bahan pangan umumnya bertujuan untuk mengawetkan bahan yang mudah rusak sehingga mutu dapat dipertahankan selama penyimpanan. Tujuan lainnya adalah mengurangi biaya dan memudahkan pengemasan, penanganan, penyimpanan dan transportasi dengan berkurangnya berat dan volume bahan serta untuk memperoleh cita rasa yang khas. Proses pengeringan terjadi melalui penguapan air, cara ini dilakukan dengan menurunkan kelembaban nisbi udara dengan mengalirkan udara panas disekeliling bahan, sehingga uap air bahan lebih besar dari pada tekanan uap air di udara. Perbedaan tekanan ini menyebabkan terjadinya aliran uap air dari bahan ke udara. Faktor utama yang mempengaruhi kecepatan pengeringan dari suatu bahan pangan adalah sifat fisik dan kimia bahan, pengaturan geometris bahan dalam alat pengering, sifat fisik lingkungan dan karakteristik alat pengering. Sifat fisik dan kimia bahan meliputi bentuk, ukuran, komposisi dan kadar airnya.

Pengaturan geometris bahan berhubungan dengan permukaan alat atau media pemindah panas, sedangkan sifat fisik lingkungan dan karakteristik pengering meliputi suhu, kelembaban, kecepatan udara dan efisiensi perpindahan panas. Pengeringan sebagai salah satu bagian dari penanganan pasca panen yang merupakan proses untuk meningkatkan karakteristik fisik bahan hasil pertanian maupun perikanan. Peningkatan karakteristik fisik bahan diperlukan untuk meningkatkan mutu. Oleh karena itu mutu dari proses pengeringan menjadi penting bila dikaitkan dengan peningkatan mutu hasil penanganan pasca panen.

1.2. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk melakukan kajian terhadap system pengering ikan dengan menggunakan kombinasi energi surya, angin dan biomassa. Dalam kajian dilakukan analisa mendalam terhadap masing-masing unit kondisi operasi energi surya, angin dan biomassa.

Secara keseluruhan kajian dalam penelitian ini meliputi :

1. Menghasilkan rancang bangun proses termal berupa rancangan alat pengering sistem kombinasi energi surya, angin dan biomassa dalam upaya penggunakan energi terbarukan.

2. Pengujian penggunaan alat pengering sistem kombinasi energi surya, angin dan

biomassa untuk mendapatkan unjuk kerja alat pengering skala laboratorium

3. Mendapatkan dimensi komponen system pengering yang optimal dengan

menggunakan teknik pemodelan matematika, simulasi dan optimasi

1.3. Urgensi/Keutamaan Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat mengatasi permasalahan dalam proses pengeringan

yaitu penurunan kualitas seperti distribusi kadar air yang besar, kerusakan akibat jamur atau perubahan biokimia yang tidak diinginkan. Bila distribusi aliran udara tidak merata atau seragam akan menyebabkan laju pengeringan bahan juga tidak merata.

Dari penelitian ini diharapkan dapat dikembangkan dan dikaji sistem pengering yang menggunakan energi terbarukan yaitu energi surya, biomassa dan angin. Proses rancang bangun sistem pengeringan yang tepat, sangat membantu mengurangi masalah yang timbul pada saat sistem beroperasi, termasuk distribusi udara pengering. Alternatif yang dapat dipilih untuk membuat distribusi udara yang merata adalah geometri dari alat pengering yang dilengkapi dengan fan (kipas) sebagai alat pendistribusi aliran udara pada setiap rak yang ada dalam sistem pengering (tipe rak).

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA

1. Prinsip Dasar Pengeringan

Pengeringan adalah operasi rumit yang meliputi perpindahan panas dan massa secara transient serta beberapa laju proses, seperti tranportasi fisik atau kimia, yang pada gilirannya dapat menyebabkan perubahan mutu hasil maupun mekanisme perpindahan panas dan massa. Perubahan fisik yang mungkin dapat terjadi meliputi: pengkerutan, penggumpalan, kristalisasi dan transisi gelas.

Pada pengeringan produk bahan makanan merupakan suatu upaya memindahkan kandungan air dengan penerapan panas dan secara praktis dikatakan sebagai upaya untuk menjaga kualitas suatu produk selama penyimpanan, untuk menekan bakteri dan jamur dan perkembang biakan insekta.

Pengeringan terjadi melalui penguapan cairan dengan pemberian panas ke bahan basah yang akan dikeringkan. Sebagai sumber panas pada proses pengeringan dapat disediakan melalui konveksi (pengering langsung), konduksi (pengering sentuh atau tak langsung) dan radiasi. Seluruh cara pengeringan , kecuali dielektrik, menyediakan panas pada objek yang dikeringkan sehingga panas harus berdifusi ke dalam padatan dengan cara konduksi. Cairan harus bergerak ke batas bahan sebelum diangkut keluar oleh udara pembawa.

2. Proses Pengeringkan Ikan

Industri pengolahan ikan kering dapat ditinjau sebagai suatu sistem produksi, yang mengubah masukan-masukan menjadi suatu produk yang dapat dipasarkan untuk memenuhi kebutuhan konsumen. Masukan-masukan kedalam sistem produksi ini adalah bahan baku (ikan), tenaga kerja, modal, energi dan informasi.

Mengingat sifat komoditas ikan adalah muda terjadinya pembusukan (perishable), sering bersifat musiman, maka konsistensinya tidak terlalu kuat, sehingga tidak memungkinkan untuk menumpuk bahan baku secara tidak terbatas.

Oleh karena itu, begitu ikan ditangkap memerlukan teknik penanganan (handling) dan pengolahan (processing) yang baik. Teknologi penanganan dan pengolahan ikan harus dimulai sejak penangkapan ikan hingga pemasaran kepada konsumen. Hal ini sangat penting untuk meningkatkan daya saing produk ikan dan juga nilai tambah.

Pengeringan adalah suatu cara untuk mengeluarkan atau menghilangkan sebagian air dari suatu bahan dengan penguapan melalui penggunaan energi panas. Kandungan air tersebut dikurangi sampai batas tertentu sehingga mikroorganisme tidak dapat tumbuh lagi didalamnya. Pengeringan ikan umumnya bertujuan untuk mengawetkan bahan yang mudah rusak sehingga mutu dapat dipertahankan selama penyimpanan. Tujuan lainnya adalah mengurangi biaya dan memudahkan pengemasan, penanganan, penyimpanan dan transportasi dengan berkurangnya berat dan volume bahan serta untuk memperoleh cita rasa yang khas.

Proses pengeringan ikan terjadi melalui penguapan air, cara ini dilakukan dengan menurunkan kelembaban nisbi udara dengan mengalirkan udara panas disekeliling bahan, sehingga uap air bahan lebih besar dari pada tekanan uap air di udara. Perbedaan tekanan ini menyebabkan terjadinya aliran uap air dari bahan ke udara. Faktor utama yang mempengaruhi kecepatan pengeringan dari suatu bahan pangan adalah sifat fisik dan kimia bahan, pengaturan geometris bahan dalam alat pengering, sifat fisik lingkungan dan karakteristik alat pengering. Sifat fisik dan kimia bahan meliputi bentuk, ukuran, komposisi dan kadar airnya. Pengaturan geometris bahan berhubungan dengan permukaan alat atau media pemindah panas, sedangkan sifat fisik lingkungan dan karakteristik pengering meliputi suhu, kelembaban, kecepatan udara dan efisiensi perpindahan panas.

Carpio dan Prabu di dalam Kamaruddin (2002) menyatakan bahwa laju aliran udara pada proses pengeringan ikan berkisar antara 1,5 – 2 m/dtk. Pada beberapa kasus di Philipina diperoleh hasil yang relatife baik dengan kecepatan udara 0,8 – 2,9 m/dtk. Dimana suhu udara pengeringan direkomendasikan pada kisaran 40 – 50 OC. Sedangkan RH berkisar antara 50 – 60 %.

3. Pengeringan Dengan Energi Surya

Alat pengeringan dengan menggunakan energi surya, dilakukan dengan cara mengumpulkan energi surya dan mengkonversikannya menjadi energi panas. Pada dasarnya ada beberapa cara mengumpulkan dan konversi energi surya dalam penerapan pengeringan.

Adapun cara-cara tersebut antara lain, secara tradisional dimana bahan yang akan dikeringkan diletakkan dalam satu wadah yang dihamparkan diatas permukaan tanah di alam terbuka yang dapat disinari surya secara langsung.

Keadaan pengeringan yang demikian, menyebabkan berbagai kerugian, diantaranya kehilangan energi panas sangat besar, bahan yang dikeringkan tidak dapat dikontrol dengan baik. Sedangkan cara lain yaitu dengan meletakkan bahan pada suatu wadah yang dimasukkan ke dalam suatu bangunan tertutup yang sekaligus berfungsi sebagai penyerap energi panas (absorber). Cara ini merupakan salah satu cara pengumpulan energi surya yang relative baik, dengan kehilangan panas relative kecil. Panas yang diterima, dikonversikan secara efektif dan terperangkap dalam bangunan tersebut sehingga pendistribusian panas dalam ruang pengering melalui mekanisme pindah panas dapat lebih efektif. Dengan demikian kehilangan panas ke lingkungan selama proses pengeringan dapat diminimalisir.

Iradiasi energi surya yang diterima dan fluktuasinya pada proses pengeringan merupakan karakteristik energi surya yang tergantung pada keadaan cuaca pada setiap lokasi. Total iradiasi energi surya harian (Ih) dapat dihitung dengan menggunakan persamaan integral simpson berikut ini :

Ih = (Δt/3) [Ii + If + (4 SIgn) + (2 SIgl)] …………………………………………(1)

4. Pengeringan Dengan Energi Biomassa

Pada dasarnya sumber energi biomassa dapat digunakan dari berbagai bahan baku, baik itu bahan dari hasil limbah atau bahan-bahan yang dikhususkan sebagai bahan biomassa. Pembakaran langsung bahan biomassa merupakan suatu cara mengkonversi energi biomassa menjadi energi panas, energi panas yang diperoleh dalam proses pembakaran diukur sebagai nilai kalori. Jenis bahan biomassa yang sudah digunakan sebagai sumber energi panas tertera pada Tabel 2. Nilai kalori actual dari bahan biomassa tergantung pada kadar air dan kadar abu serta sifat fisik dari bahan.

Tabel 2. Jenis bahan biomassa, kadar air dan nilai kalor

Bahan Biomassa

Kadar Air

(%)

Nilai Kalor

(MJ/kg)

Bubuk kayu (papan)

8

17,5

Bubuk kayu padat

12

16,6

Serbuk gergaji (papan)

10

17,6

Serbuk gergaji kayu padat

15

15,9

Serutan kayu ( shaving)

15

15,9

Kepingan kayu (wood chip)

15

15,9

Balak kering udara

20

15,3

Balak basah

60

10,7

Kulit kayu

60

10,5

Sumber : Philip, 1980 didalam Budiman.N (1990)

Pembakaran biomassa dapat berlangsung dengan baik, dipengaruhi beberapa hal, antara lain bentuk tungku, kemudahan kontak oksigen dengan partikel karbon pada bahan bakar, kelancaran pembuangan gas hasil pembakaran. Pada dasarnya pembakaran biomassa merupakan reaksi kimia dari udara luar dengan unsure-unsur yang terdapat dalam ruang pembakaran dan dalam bahan bakar biomassa tersebut. Semakin besar kandungan karbon atau zat arang dalam bahan bakar biomassa per satuan bobotnya, maka semakin besar energi panas yang dapat dihasilkan untuk proses pengeringan berbagai produk.

IV. METODA PENELITIAN

1. Sistem Pengering Yang Diusulkan

Pada penelitian ini, sistem alat pengering yang diusulkan efek rumah kaca (ERK) dengan menggunakan kombinasi energi surya, angin dan biomassa. Alat pengering yang diusulkan seperti terlihat pada Gambar 1.

Guna meningkatkan performansi pengeringan yang lebih baik, dilakukan rancang bangun alat pengering ERK untuk lebih meningkatkan distribusi aliran udara panas dalam ruang pengering agar lebih merata pada setiap rak pengering, dipergunakan 2 buah kipas yang berfungsi sebagai pengaduk. Kipas-kipas ini diletakan pada bagian depan dan belakang diatas rak pengering dan digerakan oleh tenaga angin melalui suatu poros yang dihubungkan pada savornius. Dengan cara ini diharapkan sirkulasi udara pengering akan lebih merata dan seluruh udara pengering dapat dimanfaatkan untuk proses pengeringan, sehingga akan lebih meningkatkan efisiensi pengering.

Tungku biomassa dirancang sedemikian rupa agar asap pembakaran tidak masuk ke dalam ruang pengering, yang diatasnya terdapat silinder udara yang dilengkapi dengan kipas isap udara yang digerakkan oleh savornius.

Sedangkan untuk mendapatkan suhu udara pengering yang lebih tinggi, lantai bangunan dibuat dari plat hitam agar penyerapan iradiasi surya dapat lebih banyak disamping itu juga diberikan tambahan energi panas dari tungku biomassa yang energi panasnya dialirkan melalui lantai bangunan penegring yang dilengkapi dengan kipas isap udara yang digerakkan oleh savornius.

Udara yang mengandung uap air dari bahan yang dikeringkan dikeluarkan melalui lubang pengeluaran pada bagian atas bangunan pengering.

Untuk mengatasi hawa panas yang ada dalam ruang pengeringan pada saat orang mengeluarkan produk (rak), maka pada setiap sisi kiri dan kanan sepanjang bangunan dibuat jendela-jendela sehingga setiap rak dapat dikeluarkan atau dimasukkan melalui jendela ini. Jendela ini dibuat sedemikian rupa agar tidak ada udara panas yang hilang.

Gambar 1. Skema rancangan bangunan pengering kombinasi energi surya,

angin dan biomassa

2. Pemodelan Distribusi Kondisi Udara

Pemodelan distribusional berfungsi untuk melihat penyebaran panas berdasarkan distribusi suhu dan aliran udara di dalam ruang pengering. Model matematis dalam simulasi menggunakan persamaan keseimbangan energi, massa dan momentum (Navier-Stokes). Udara digambarkan dalam persamaan diferensial, sebagai fluida Newtonion dalam koordinat Cartesian dan dipecahkan menggunakan analisa numerik dengan formulasi finite volume.

3. Tahapan Simulasi

3.1. Pendefinisian boundary condition dan initial condition berdasarkan bentuk

saluran dalam ruang pengering yang digambarkan dalam koordinat Cartesian

dengan sumbu terletak pada kiri dalam bawah, dengan dimensi :

panjang arah x, tinggi arah y dan lebar arah z.

Demikian pula dengan suhu dalam arah x, y dan z dalam tx, ty dan tz

Kondisi batas dinyatakan sebagai berikut :

- Kecepatan udara pada semua dinding dan atap pengering pada arah x, y dan z

adalah 0

- Kecepatan udara pada dinding rak pengering arah x, y dan z adalah 0

- Kecepatan udara pada kipas besarnya ditentukan berdasarkan kebutuhan

udara untuk menghilangkan uap air dari sejumlah massa bahan.

- Suhu udara pengering disemua dinding dan atap pengering pada arah x, y,

dan z sama dengan suhu lingkungan Ta.

3.2. Asumsi yang digunakan

- Bilangan Prandtl udara konstan (panas jenis, konduktivitas dan viskositas

udara konstan).

- Aliran udara pada penampang kipas mempunyai kecepatan yang seragam.

- Udara bergerak dalam kondisi steady

3.3. Persamaan atur yang berkaitan dengan dinamika fluida meliputi persamaan

atur kontinuitas, konservasi momentum, energi dan uap air.

Model persamaan matematis yang diperoleh dipecahkan dengan cara analisa numeric menggunakan bantuan software MS Exell dan Computation Fluid Dynamics (CFD), (Fluent 6.1 dan Gambit 5.1).

4. Model Persamaan Atur Dalam Alat Pengering

Model Persamaan atur yang digunakan pada sistem pengeringan ini adalah :

4.1. Keseimbangan Energi Plat Penyerap

Plat penyerap (absorber) menerima iradiasi surya yang diteruskan atap dan dinding bangunan alat pengering. Perpindahan panas yang terjadi adalah pindah panas radiasi dan konveksi. Bentuk persamaan keseimbangan energi yang terjadi adalah :

(m Cp)pdTp/dt = ta Idt.Ap – hi Ap.(Tp –Tr) – ho Ap (Tr – Ta) ………….........(2)

Idt = I.((1+cosb)/2) ……………………………………………….…..………(3)

4.2. Keseimbangan Energi Dalam Ruang Pengering

(m Cp)r dTr/dt = mu Cp (Ta– Tr) + hi Ap.(Tp –Tr) – U Ad (Tr – Ta)

Wd (dM/dt)ΔHfg ……………………………….……..…(4)

4.3. Keseimbangan Energi Untuk Produk

(m Cp)pr dTpr/dt = hpr Apr (Tr – Tpr) – Mpr ΔHfg ………………….……….....(5)

4.4. Suhu Udara Lingkungan

Ta(t) = 4 sin (p t/8) + 28 ……………………………….…………………….(6)

4.5. Keseibangan Energi Pada Tungku Biomassa

Qbm = η (dMmb/dt) Hbm ...……….…………………….…………………….(7)

Gambar 4 Blok diagram prinsip operasi alat pengering yang digunakan

IV. JADWAL PELAKSANAAN

KEGIATAN

Bulan ke-

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

A. Persiapan Penelitian

1

Pertemuan awal tim

2

Menetapkan rencana kerja

3

Pengurusan izin penelitian

4

Persiapan pembuatan alat penegring

5

Persiapan bahan adan alat ukur

B. Pelaksanaan Penelitian

1

Persiapan bahan penelitian (Ikan)

2

Perumusan kriteria desain alat penegring

3

Pembuatan alat uji pengering efek rumah kaca

4

Analisa spesifikasi awal

5

Persiapan pengujian

6

Pengujian fungsional alat uji dan modifikasi yang diperlukan

7

Persiapan perangkaian alat pengering

9

Pengujian

11

Pengumpulan data

12

Analisis dan Pengolahan data

C. Penyusunan Laporan

1

Penyusunan draft untuk laporan penelitian

2

Pembuatan laporan

3

Seminar & Publikasi

4

Jilid dan penggandaan

DAFTAR PUSTAKA

Bala B.K. and M.R.A. Mondol. 1999. Experimental Investigation on Solar Drying of

Fish Using Solar Tunnel Drier. Proceedings of First Asian-Australian Dring

Conference. Bali

Bird, R.B., W.E. Stewart dan E.N. Lightfoot. 1960. Transport Phenomena. Jhon Wiley

& Sons, Inc. New York

Carslow, H.S. and J.C. Jaeger. 1971. Conduction of Heat and Solid. Oxford At

the Clarendon Press.

Devahastin. S. 2000. Mujumdar’s Practical Guide to Industrial Drying. Exergex

Corporation 3795 Navarre, Brossard, Quebec, Canada.

Dyah. W. 1997. Analisa Pengeringan pada Alat Pengering Kopi Efek Rumah Kaca

Berenergi Surya. Thesis. Program Pascasarjana IPB. Bogor.

Kamaruddin A, A.H. Tambunan, Thamrin, F. Wenur dan Dyah. M. 1994. Optimasi

Dalam Perencanaan Alat Pengering Hasil Pertanian dengan Energi Surya. Laporan

Penelitian Hibah Bersaing. Bogor

Kamaruddin. A. 2002. Fish Drying Using Solar Energy. Regional Workshop On

Dring Technology 22nd – 26nd April 2002. Bangkok.

Lunde. P.J. 1980. Solar Thermal Engineering Space Heating and Hot Water

Syistems. John Wiley and Sons, New York.

Mursalim. 1995. Uji Performansi Sistem Pengeringan Energi Surya dan Tungku

Batubara Dengan Bangunan Tembus Cahaya sebagai Pembangkit Panas untuk

Pengeringan Vanili. Fateta IPB. Bogor.

Nelwan, L.O. 1997. Pengeringan Kakao dengan Energi Surya Menggunakan rak

Pengering Dengan Kolektor Tipe Efek Rumah Kaca. Thesis. Program

Pascasarjana IPB. Bogor

Perry. R.H. and W.C. Chilton. 1973. Chemical Engineers Handbook. fifth edition

McGraw-Hill Kogakusha, Ltd. Tokyo

Tarigan, A.S. 1999. Uji Kinerja Rumah Kaca Pengering dengan Bantuan Sel Surya

Sebagai Penggerak Kipas. Fateta IPB. Bogor.

Treybal, R.E. 1981. Mass Transfer Operation. Third edition. McGraw-Hill Book

Company. Japan.

Versteeg. H.K. and W. Malalasekera. 1995. An Introduction to Computational

Fluid Dynamics The Finite Volume Method. Longman Sc & Technical. Malaysia.

LAMPIRAN

CURRICULUM VITAE

A. Identitas Umum

1.

Nama

:

2

Alamat Kantor

:

Alamat Rumah

:

3

Tempat/Tanggal Lahir

:

4

Jenis Kelamin

:

5.

Agama

:

6

Status

:

7

Pekerjaan/Jabatan

:

8

Bidang Keahlian

:

9.

Hobby

:

B. Riwaya Pendidikan dan Karir

B.1. Pendidikan

Pendidikan

Tempat

Jurusan

Tahun Lulus/Ijazah

SD

SMP

SMA

B.2. Pekerjaan

No.

Tempat Pekerjaan

Tahun

1.

2.

C. Daftar Nilai Mata Kuliah yang berhubungan erat dengan tema penelitian

Mata Kuliah

Semester

Nilai*

* Jika mengulang, tuliskan setiap nilai yang pernah diperoleh

D. Keterlibatan sebagai asisten praktikum

No.

Judul Praktikum

Tahun

Angkatan Mahasiswa yang dilayani

1

2.

E. Keterlibatan dalam masyarakat

1. Proses Penjernian Air dengan Menggunakan Biji Kelor di Desa Rawa Makmur,

Kecamatan Muara Bangkahulu, Kota Bengkulu (1999).

F. Karya Ilmiah

1

Bengkulu, 12 Mei 2008

Nama Mahasiswa

NPM


Lampiran 2 : Transkrip Nilai Sementara


Lampiran 3: Bukti selesai praktikum


Lampiran 4 : Bukti selesai KP


Lampiran 5: Bukti Selesai KKN


EmoticonEmoticon